FANNY

Kalau boleh aku cerita: tentang Fanny. 

Halo, Fanny. Mestinya kamu tahu kenapa aku taruh namamu paling awal di post terbaruku. Karena kamu adalah salah satu teman baik mendukungku di dunia kepenulisan ini. Aku sayangnya aku sering bilang bahwa aku belum tahu harus nulis apa. Kedengaran seperti bukan penulis, ya? Haha. Banyak orang bilang kalau seseorang masih menunggu inspirasi dan mood untuk bisa menulis, dia bukanlah penulis.

Sejujurnya Fan, aku diam-diam kesulitan “membaca” kamu. Bahkan sebenarnya aku tidak terlalu paham, kenapa masih banyak orang yang percaya aku cocok jadi psikolog, karena alasan-alasan seperti memiliki (nyaris terlalu besar) empati, dan cukup mampu merangkai kata-kata tanggapan atas curhatan orang. 

Fanny, namamu bagus ya. Sedikit lagi jadi funny yang dalam bahasa kita artinya lucu. Arti namamu cukup bagus, setidaknya punya makna yang lebih “jelas” ketimbang namaku. Bapakku saja masih main-main menjawab petanyaanku soal asal-usul ide menamai aku Dinar Astari. 

Sebenarnya menurutku tidak banyak unsur lucu dalam dirimu, setidaknya buatku. Kamu bukan tipe cewek humoris dan pandai melawak. Kamu pun tidak begitu cepat merespon lawakan-lawkan spontanku. Namun, bukan berarti kamu tidak pernah membuatku tertawa. 

Fan, kamu tahu tidak (pasti nggak tahu!) aku suka tergelak sesaat kalau dengar kamu bilang, "Din, unyu nggak, sih, kita? Jarang interaksi di kelas, tapi kalau udah di luar jadi deket gini? Hihihihi". Suara cekikikanmu tidak pernah bisa aku jelaskan dengan diksi mana saja. 

Kamu baik, Fanny. Aku percaya kamu adalah seseorang yang tulus. Buatku, kejujuranmu adalah pertanda bahwa kamu orang yang apa adanya. Kamu bilang bagus kalau hal itu bagus. Kamu bilang jelek, kemudian kamu minta maaf sudah keceplosan, hahaha. Kamu bilang kamu pusing, padahal kamu mumet dengan pikiranmu sendiri, hehehe.

Kamu keren, Fanny. Kamu punya kemampuan analisis yang tinggi. Kamu meluangkan waktumu untuk baca-baca buku motivasi dan personaliti. Kamu punya tekad kuat untuk mimpimu. Aku bisa merasakan kentalnya semangatmu saat pertama kali menyesap aroma kamar kosanmu yang bagus itu. Walau kamu sering merasa jenuh dan kesal dengan nasib nilai-nilaimu di SMA dan merasa payah atas diri sendiri, juga bingung harus pada siapa bercerita.

By the way, aku memang penasaran dengan kamar kosanmu sejak kamu bilang "Aku suka kamar kosanku yang sekarang. Lebih gede dari kamarku yang sebenarnya di rumah." Dalam hati aku berteriak, WOW! SUPERFONNA BANGET!

Kamu beruntung Fanny, punya mbak yang membantumu di kosan. Kamu tidak nyuci sendiri. Kamu tidak begitu sibuk menyiapkan sarapan atau makan malam. Kamu punya mas yang sekarang sikapnya makin manis sejak punya pacar. Pacar kakakmu juga anggun, pintar, dan lemah lembut, bukan? Mereka sesekali ajak kamu nonton. Tak peduli akhirnya kamu hanya berteman dengan layar lebar, tak mau tahu romantisnya mereka di sebelahmu saat film diputar, hahaha. 

Kamu mengesankan, Fanny. Kamu jauh dari keluargamu. Kamu berani daftar AFS. Kamu sanggup karaokean sendiri (keren!!!!). Kamu makan di McD dengan bangku kosong di depanmu. Kamu menerjang homesick-mu dengan tetap ceria di sekolah, walau kadang dengan gegabah aku punya “pembacaan” tersendiri soal mood-mu yang kadang cepat berubah. Kadang aku merasa sok tahu dengan berpersepsi : sebenarnya ada yang nggak beres denganmu. Apalagi kalau kamu menanggapi pendapatku dengan hanya ber-oh, atau bilang "masa sih?". 

Kamu lumayan pelupa ya, Fanny. Sepertinya kamu juga tidak akan seratus persen ingat hal-hal yang kujabarkan disini. Tak apa, Fan. People will forget what you say, will forget what you do. But they will never forget what they feel about you.

Kamu bisa memilih satu di antara ketiganya terhadapku. Tapi aku akan berusaha untuk memiliki ketiganya terhadapmu. Terhadap semua teman-temanku.

Oh, ya, suaramu bagus, Fanny. Semoga anakmu kelak bisa menikmati lullaby bukan dari channel Youtube, melainkan suara ibunya sendiri. Huhu, manis sekali :3

Terima kasih sudah menunggu. Maaf kalau aku belum bisa menceritakanmu dengan lebih baik disini.

Semoga kita akan selalu bahagia, bagaimanapun adanya.

 

Sincerelly,

Dinar.

 

Comments

Post a Comment

Popular Posts