RASANYA
Genapkanlah perjalanan ini jadi 4 tahun.
Perjalanan yang bahkan tidak bisa disebut penantian.
Karena mungkin Kamu tidak pernah mengetahuinya.
Kalaupun menyadarinya, mungkin melupakannya—menganggapnya tak ada.
Biar.
Karena mungkin Kamu tidak pernah mengetahuinya.
Kalaupun menyadarinya, mungkin melupakannya—menganggapnya tak ada.
Biar.
Aku sudah menikmati ribuan senja,
berjalan ringkih diguyur dedaunan gugur,
dan menertawai (dalam diam) segala memori yang
teretas saat hujan datang—
lalu pergi lagi.
“Don't
you know the cold and wind the rain don't know
they
only seem to come and go away” — OASIS
Dan inilah yang seringkali mengejutkanku.
Sesuatu yang disebut rasa—kembali menyembul,
menghadirkan ketidakpercayaan.
Pada waktu.
Pada diri sendiri.
Dan yang sekarang jauh lebih menakutkan.
Karena fakta di antara kita masih begitu tabu.
Apalagi, mengingat—hanya kegilaanlah yang mampu
menautkan kita.
Selebihnya buram.
Entah.
Aku tidak bisa membacanya.
Tak pantas rasanya.
Genapkanlah tahun ini menjadi satu tahun, saat kita jarang lagi bercanda ria seperti dulu kala. Dimana sebagian orang menganggap kita orang yang ambigu, yang seolah olah memiliki dunia yang mereka tak pernah miliki. Bayangkanlah zaman dimana kita masih bersenda gurau, masih mengandaikan sesuatu yg saat itu mungkin mustahil untuk didapatkan. Namun saat ini, kita benar benar mendapatkannya. Sungguh indah dunia ini, namun tetap. Dibalik itu semua pasti ada sesuatu yg membuat kita mengambil nilai moralnya :)
ReplyDelete