BANDUNG DAN BARANG BAWAANNYA
Mungkin
kita sering bertanya pada pagi
Mengapa
ia menyingkirkan malam
Ya, aku
pun kadang meremehkan dewa langit itu
Seakan
akan aku sanggup menatapnya lekang-lekang
Padahal
aku ini hanya buih di lautan nestapa
Karena
hilir sedikit lagi tergapai
Bahkan
kita merasa ditipu
Atas
cahaya bintang
yang
selama ini dipuja
ternyata
hanya residu atas kefanaannya
Lalu
pandangan diskriminatif kita soal waktu--
teramat
menyudutkan, bukan?
Ini hanya
soal waktu.
Hanya
soal waktu.
Soal
waktu.
Waktu.
Ledakan
penat menjadi ancaman tersendiri.
Kita
kalang kabut seketika saja.
Padahal
kemarin-kemarin hanya tahu tawa, tangis,
dan tanda tanya.
Haruskah
berakhir?
Haruskah?
Seakan
takkan ada lagi kesempatan
karena
kehadiranmu hanya menjadi syarat
untuk perpisahan kita.
Mungkin aku membenci ketakutanku sendiri
Keinginan
untuk memiliki
Tetapi
kubangun juga benteng batas
dalam
ruang ini
Terpampang
jelas tulisan sendiri:
cukup
sampai disini.
Seakan mendahului
Tuhan.
Berkesimpulan bahwa
kehadiran"nya" hanyalah bagian dari kesalahan(ku).
kata katanya bagus :)
ReplyDeleteMakasih, Bang :)
Deletesuka pakek banget ini tulisan :')
ReplyDeletesayang sama seseorang yang belum tentu juga sayang ama kita.. takut dengan cinta bertepuk sebelah tangan..
aihh,,,,aku banget,dinar :(
hai kak riska! makasih udah berkunjung dan nyempetin buat komen *jempol
Deletewah gimana perasaannya baca sesuatu yang "gue banget" gitu? wkwk.
sebenarnya kan persepsi orang atas tulisan yang dibacanya kan bisa beda2, tapi ya syukur lah kalau tulisan aku sampai "menyentuh" kakak, hehehe. Main2 lagi ke sini ya.. Blog kakak apa?