EUNOIA; KISAH TENTANG HARAPAN BAKA SEORANG PENANTI ULUNG

Kepada F.S.


Di penghujung bulan yang mendung, seorang laki-laki bercerita tentang kulacino yang dibenci dan dicintanya sekaligus. Berkata ia padaku tentang asal muasal rindu yang menjelma bahagia dan gelisah selama bertahun-tahun lamanya. Jelaslah sudah apa yang masih dan seterusnya akan menjadi sejarah di dadanya; kemenerusan sebuah rasa. Lamparan doa yang tak putus di ujung jurang.

Lampau, terbelah ia dari masa depannya sendiri; sebuah ruang agung dengan aroma senyap dan tumpukan buku, serta kecupan-kecupan di dahi setiap habis paragraf satu per satu. Di sana, debar dan desir dada menjadi lagu latar dua telunjuk bersamaan menyusuri lekuk kekata, kemudian dua senyum lahir dari mata yang berkaca-kaca, sebab lega akan dahaga yang sirna ditebas jumpa.

Sekarang, sang gadis entah sedang penuh tawa atau tangis. Tapi, tak pernah laki-laki itu berubah bengis. Dengan sabar, dinantinya kesempatan untuk membuktikan betapa keyakinan mampu mengubah kemustahilan. Yakinnya, gadis itu Tuhan hadirkan sebagai jawaban pertanyaannya.

Kehilangan memang tak pernah menjadi sebuah perencanaan dan ketiba-tibaan selalu menjadi sesuatu amat berkesan. Maka, hiduplah ia dengan segala kisah yang lama, menyongsong keentahan dengan tetap mencinta dan mendamba kepulangan--

sebuah gamitan tangan dan rencana menata ulang janji yang usang. 

Februari 2017
Dinar Astari


Catatan.
Eunoia [kb, Yunani]:  pemikiran yang indah, pikiran yang baik
Kulacino[kb, Italia]: bekas air di meja akibat gelas dingin/basah

Comments

Popular Posts