GABBY
Hai, Gabby.
Sudah lama aku menyimpan draft ini. Berharap bisa segera menerbitkannya di sini. And now here, I'm telling people
that I am grateful to have been given a chance to get to know you.
Dear, Gabby Aprilia Tanuwijaya. Aku adalah salah
satu orang yang yakin bahwa tidak ada seorang pun yang dapat secara sempurna
mengenal diri seseorang, sekalipun dirinya sendiri. Well, satu tahun lebih kita
berteman, mungkin masih banyak hal yang tidak aku tahu tentang kamu, bahkan arti namamu. Aku tidak tahu apa arti dari "Gabby". Selebihnya, aku hanya berpersepsi bahwa nama tengahmu "Aprilia" ya karena kamu lahir bulan April. Tanuwijaya itu nama keluarga. Jadi, maukah kamu bercerita lebih banyak tentang namamu?
Gabby, siapa yang sangka ya, kita bisa
sekelas, lantas berkenalan dengan cara paling mainstream di dunia: saling bertanya nama. Aku menganggap biasa
perkenalan kita sampai akhirnya aku menapaki detik ini denganmu, melibatkan
ruang dan waktu yang sama. Semuanya jadi spesial. Lebih berarti.
We called it destiny.
Rupanya arah kita memang berpotongan. Mungkin kita memang punya sudut elevasi yang sama pada sebuah titik. Apalagi kalau bukan takdir namanya? |
Gabby, aku senang melewati satu tahun
lebih ini dengan menyelami kepribadianmu. Rupanya kamu sensitif, tapi tetap logis.
Kamu hardworker, tapi
sangat memaknai waktu senggang. Kamu mudah cemburu, tapi tetap saja elegan. Kamu mudah geregetan pada orang tertentu, tapi juga solutif saat menghadapi mereka. Kamu malas beres-beres kamar, tapi sangat
estetik hampir dalam setiap hal. Kamu dikalahkan banyak perempuan dalam materi
senam lantai, tapi soal main Guitar Hero—mereka semua akan dengan sangat mudah
kamu bantai. Kamu luar biasa. Aku sangat kagum padamu.
Kamu tahu, Gab? Sejak kenal denganmu aku kembali suka berfoto! Kamu
tahu tidak, waktu kecil aku suka sekali berfoto? Aku sempat berpikir ingin ikut
kontes-kontes yang diadakan merk-merk baju anak
atau barang-barang kebutuhan balita seperti bedak, minyak telon, dan yang lain
sebagainya dengan alasan sangat sederhana: aku senang berekspresi dan orang-orang bilang aku lucu.
Aku sempat bermimpi bisa dipotret dengan blower yang akan mengibarkan rambut
indahku. Ya, percaya atau tidak, dulu aku seperti artis cilik! Lucu, punya
rambut yang halus nan lembut, juga deretan gigi-gigi mungil yang wangi pasta
gigi kodomo rasa anggur atau jeruk. Menggemaskan sekali. Percayalah, hahaha.
Sayang, mimpi itu tidak kesampaian. Aku
terlanjur jadi remaja. Terlanjur lupa dengan itu semua. Entah mengapa, aku tiba-tiba merasa kamera
memang bukan sesuatu yang cocok untukku. Aku dipotret untuk beberapa waktu
saja. Itupun sambil dipaksa oleh teman-teman. Aku menghapus foto-foto
yang menurutku kurang bagus, padahal menurut orang tidak ada yang salah. Aku merasa tidak photogenic lagi. Apalagi saat difoto dengan
teman yang kecantikan atau ketampanannya di atas rata-rata. Aku juga jadi kebingungan
harus senyum seperti apa di foto kelulusan dan bahkan berpikir sesaat mengenai
ekspresi wajah ketika ada seorang laki-laki (yang pernah bilang suka padaku)
meminta foto bersama untuk kenang-kenangan. Jelas saja karena aku malu dengan wajahku sendiri.
Sampai suatu ketika, aku merasa buntu saat
kangen pada beberapa orang terdekatku dan hanya bisa mengandalkan semua memoriku. Aku menikmati itu, tapi sepertinya akan lebih menyenangkan kalau bisa melihat banyak potret mereka. Akhirnya, aku pun berpikir, mungkin lebih baik kalau aku mulai
foto-foto lagi.
Rupanya, kamu dan beberapa teman di SMA
perlahan membawa kesenangan lama itu lagi padaku. Aku tidak menyangka, Jalan Braga
menjadi latar dari ratusan foto yang kita ambil kemarin sore. Aku suka
semuanya!
Dari belakang ke depan: Dinar, Gabby, dan Fanny. |
Oh iya Gab.. Jujur, aku lupa kapan terakhir kali aku
nonton film indie. Yang
jelas, euforia picnic cinema kemarin malam (6/9) sangat
berkesan. Bohlam-bohlam kecil yang kekuningan, juga riak dedaunan yang merunduk
saat angin menyebrangi jalan yang diblokade itu begitu aku ingat. Begitu
berbekas. Aku selalu suka temaram. Selalu menikmati
sensasi yang nostalgic.
Mungkin kamu tidak tahu (karena aku tak
bilang padamu) bahwa sejujurnya suasana kemarin malam menguar beberapa slot
kepalaku hingga aku nyaris pening. Aku merasakan dingin yang sempat lama ada dalam diriku ketika dulu aku menemukan suatu gundukan hal yang amat mengecewakan aku dan aku tidak tahu harus berbagi perasaan itu pada seseorang atau tidak.
Tapi tak apa. Aku berterima kasih karena kamu mengajakku nonton film-film itu. Aku terharu.
Film "Yours Truly" |
Omong-omong soal syukur, aku juga
bersyukur akhirnya ayah-ibumu memberimu restu untuk mulai meretas perjalanan
menuju fakultas impianmu: FSRD. Mudah-mudahan, dengan kreatifitas, loyalitas, dan identitas yang kamu miliki, kamu bisa mencapai kesuksesan.
Menjadi pintu ke mana saja yang akan mengantarmu ke tempat-tempat impianmu. Ke
tempat di mana rezeki-rezekimu berada. Jodoh, misalnya?
Kalaupun jodohmu rupanya selama ini hanya
terpaut beberpa jengkal darimu, setidaknya benarlah teori bahwa bumi itu bulat.
Selepas berkeliling dunia, kamu kembali ke tempat asalmu dengan pengalaman
berbeda, dengan cerita berbeda, dengan wawasan berbeda, tapi seseorang yang sama. Selalu sama dengan yang tertulis di
"langit" sana.
Gabby, setiap orang punya kecemasan dan ketakutan. Tapi satu yang kadang terlupakan: kewaspadaan. Dan
kurasa, kamu sudah punya itu. Kamu bisa pertahankan dan tingkatkan itu, dengan
caramu. Ah, lagi-lagi... kamu hebat sekali.
Terima kasih ya Gab, sudah mengajarkan aku
arti persahabatan dengan versi yang berbeda. Sudah membagi space tempat tidurmu untuk 6 jam
kemarin. Sudah menertawakan, menyemangati, dan menenangkanku.
Orang-orang di luaran sana mungkin tidak tahu bahwa adanya kamu di dunia ini berimbas banyak juga pada perjalanan hidupku. Kedengarannya berlebihan, tapi memang begitu adanya. Kamu dan keluargamu sudah sangat baik sekali padaku. Maaf ya, kalau aku sadar tidak sadar sudah banyak merepotkan. Aku berharap Tuhan menghadiahi kalian kebahagiaan dan kesejahteraan selamanya.
Meditasi dadakan. |
Gab... Apa kabar kamu hari ini? Apakah kamu melanjutkan ritualmu seperti biasa? Bangun subuh lantas berselimut menonton film serial? Apapun yang kamu lakukan, bingkislah setiap hari dengan warna dan motif yang kamu suka. Seberat apapun
hari, segelap apapun langit, sesepi apapun hati, sebuah lampu hias yang hangat
selalu ada di dalam benak.
Suatu saat nanti, mungkin ada saatnya dalam gelap, kita
tak bisa dengan bebasnya saling menggengam. Kamu tidak tahu di mana aku berada dan aku bahkan mungkin tidak tahu apa yang kamu rasakan. Bisa jadi kamu mulai melupakan aku. Tapi, doaku mengalir. Jauh, mengiringi ke manapun kamu berlalu.
aku sayang Gabby.
Unyu banget. Thankyou for dinar and gabby for being my companions for the last one year. Hoping another adventuresbwith you guys!
ReplyDeleteUnyu banget :')
ReplyDeleteThanks ya kunjungannya.
DeleteDitunggu komenan lainnyaaa :)
Unyu bangeeet cerita tentang temen2nya :') ditunggu nih cerita tentang keluarganya...
ReplyDeleteMueheheh.. trims kunjungannya.
DeleteIya mungkin, kapan2..
Ditunggu komen lainnya yaaa