RAD





Radiks.
Dalam.
Mengakar.
Kukuh.
Tangguh.
Tapi padanya,
kau menyerah.

Radiks.
Keras.
Kaku.
Bebal.
Tapi bukan batu.
Nyatanya selama dengannya,
kau sempat luluh.

Radiks.
Tersembunyi--
senyumnya.
Langka--
tawanya.
Sesekali--
hadirnya.
Selalu ada--
hawanya.

Atmosfir itu--
sungguh khas.

Benarkah selama ini ada eagle eyes 
menerobos pusaran udara?
Mungkinkah ada monolog 
terjebak di awan?
Tak mengucur lewat hujan
Menggantung
di sana.

Ada kidung yang menelusup 
melalui sela-sela jendela
Kala kau pejamkan mata
dan aku menyusuri isi kepala
Mungkinkah kau tengah membayangkan
sesuatu yang utopia?

Jangan-jangan, akulah yang terlalu lama
menikmati hangat cangkir senja
Terlalu banyak membaca buku sastra
Terlanjur menyukai hujan
dan derapnya yang hidup

Biar aku masih tertidur
Dan kau telah berlalu 
entah ke sudut rimba yang mana

Toh, senyap ini milikku
Milikmu
Milik kita

Napasmu kadang memburu
Matamu sempat kaku
Pun bibirmu pernah bergetar

Tak bisa kupungkiri, aku mulai mengenalinya
Mengenalimu, Rad.
Dan mungkin keping-keping di kepalamu juga.

Radiks. 
Radikal?
Benarkah kau liar soal teritorial?
Terlalu banyak mengubur berontak 
di layar kaca

Benarkah kau sebenarnya sarat emosi?
Dengannya, kau bahkan rela padamkan apinya.

Comments

  1. Admin tidak membuat cerpen lagi?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe. Bukan tidak, tapi belum aja. Malah sebenernya ada cerpen2 lama di folder, cuma ragu ngepostnya nih, hehe. Menurut anon gmn?

      Delete
  2. I love the way you write it;

    'Tak bisa kupungkiri, aku mulai mengenalinya
    Mengenalimu, Rad.
    Dan mungkin keping-keping di kepalamu juga.'

    Puisinya keren! <3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hey.. thanks udah baca ya. Semoga suka postingan2 lainnya juga. Tetap tongkrongin Interleaved!

      Delete

Post a Comment

Popular Posts