RECHARGED

"...I want you to tell me you find it hard to be yourself so I can say, it's gonna be alright. And I want you to love me the way you love your family.
The way you love to show me what it's like to be happy..."

Happiness by Rex Orange County

Bayangkan. Bayangkan kau menjadi aku.

Seseorang yang kau sayangi patah hati, kau ikut patah hati juga. Kemudian, setelah beberapa waktu lamanya kau ikut gelisah dalam kondisi itu, ia meneleponmu. Nada bicaranya, cara bertanyanya, pertanyaan-pertanyaannya, semua menunjukkan bahwa ia sedikit lebih baik. Bahkan, ia mulai bernyanyi di telepon, tertawa sendiri saat ia tidak berhasil mencapai nada tinggi. Kau bahkan tidak ingin tertawa. Hanya bisa menghela napas, tersenyum sampai bibirmu menyentuh telingamu sendiri. Lega. Kau membaik dengan sendirinya.

Iya, rasanya kadang menggelitik. Mungkin ini penggambaran yang abstrak, tapi saat kita rasakan, rasanya memang sangat nyata. Butterflies in your stomach are super-real, somehow! Perasaan bebas yang tidak bisa dideskripsikan dengan sempurna menggunakan diksi-diksi yang terlampau terbatas.

Kemudian, bahkan tidak butuh waktu lama sejak momen itu, kau sadar bahumu nyeri. Beban-beban bergelimpangan—dan hanya kau yang bisa melihatnya. Kau mulai merasakan ada perasaan tidak nyaman yang merambat sampai ke kerongkongan. Kau susah payah menahan tangis. Rasanya sakit sekali. Bahkan, diam-diam pening di kepalamu mengundang mual dan linu di ulu hati.  Kau lupa, kau juga harus menyembuhkan dirimu sendiri.

Lalu kau melihatnya lagi. Lebih dalam. Kau sesap minuman di cangkir yang panasnya sudah hampir seutuhnya berpindah ke telapak tanganmu itu. Di hadapannya, kau berusaha sebisa mungkin terlihat normal. Dari satu dua tegukan itulah ketenangan itu mulai dikendalikan kembali, agar tidak kabur kemana-mana lagi, setidaknya sampai perjumpaanmu dan dia diusaikan lambaian tangan.

Lewat sesuatu yang sederhana, amat sederhana, beban-beban di pundakmu seketika luruh jadi pasir yang langsung terinjak kaki ringkihmu. Sesak di dadamu pelan-pelan hilang, mengudara, jadi udara yang segar, yang membuatmu bernapas dengan senang. Walau kau tahu, di depan mungkin masih lebih banyak tantangan, tapi untuk beberapa jenak, kau merasa ada di tempat yang lapang. Sekalipun tanpa berteriak, kau tahu bahwa kau mulai kegirangan.

Lagi, lagi, kau menatapnya ulang. Lebih lama. Kau tercenung, kagum. Ia tersenyum melihat tingkahmu. Matanya bertanya: kenapa?

Kau menggeleng, tersenyum. Gusarmu reda, hatimu berkata sebuah kesimpulan yang akhirnya tak terpaut dengan segala luka yang kau sembunyikan: aku sungguh menyayanginya. 



Kau sadar itu.

Astari, 2018


Comments

  1. Hey dinar, its reevu. Rem me my friend? I lost contact with u for a long time already. Just lemme know how can i contact with you

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, Reevu. You can contact me via Line. Hope you and your fam are doing well. See ya.

      Delete
  2. Aku ingat kamu dulu sebelum jadi bias. Sungguh kata-katamu membuat dunia terasa sempit. Aku tak menyangka saja di dunia yang luas ini ada orang seperti kamu.
    Terimakasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mengingat dan berkunjung kemari. Seperti manusia lainnya, aku adalah konstelasi emosi, tapi semoga setidaknya bisa mendengarkan manusia lain dan berbagi.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts