RUMAH


Episode 3

Kepada: ...






"Hendak merantau ke mana lagi matamu itu, La?" -Aku

Sumber


Siang ini Bandung dipayungi kapas-kapas stratus. Mereka berarak--berpindah-pindah, berusaha adil dalam membagi waktu kepada setiap orang. Sekarang, mereka sudah berlalu meninggalkanku untuk melindungi yang lainnya, hingga tak heran terik matahari membuatku mulai refleks mengibas-ngibaskan tangan ke dekat leher. Peluhku mulai mengucur di pelipis, sehingga kuputuskan untuk segera berteduh saja.

Di ujung koridor sekolah yang ramai nan luas inilah aku berteduh. Rupanya, sosok yang membuatku menghabiskan banyak waktu dengan berpanas-panasan sejak tadi juga tengah mematung dengan setangkai mawar putih gading di dekapannya.


"Hendak merantau ke mana lagi matamu itu, La?" godaku segera setelah mendapatinya dengan pandangan kosong ke ujung koridor di seberang sana.

Tak perlu menunggu lama untuk melihat Saila tersipu, rupanya. Sambil tersenyum ia menjawab, "siapa tahu ada akang ganteng yang belum dapat bunga," singkatnya. Aku tahu ia tak benar-benar mengatakannya.

Memang beberapa saat lalu ritual tahunan itu digelar kembali. Kami--para adik angkatan--membuat barikade yang amat panjang dari ujung koridor yang satu sampai ujung koridor yang satunya lagi, kemudian memberikan setangkai mawar kepada salah kakak angkatan sebagai tanda dukungan dan do'a kepada mereka yang tak lama lagi akan menempuh ujian kelulusan dan tes masuk perguruan tinggi. 

Ritual ini tak pernah berubah sejak bertahun-tahun yang lalu. Selalu menjadi kenangan yang berarti. Selalu menjadi momen yang dinanti--bagu mereka yang tengah jatuh hati.

Semua pasti setuju bahwa ritual menyenangkan yang dilakukan adik angkatan saat menyambut para kakak angkatan sehabis kegiatan do'a bersama dengan kepala sekolah, guru dan orang tua ini adalah kesempatan langka bagi para pemuja rahasia. Terutama para perempuan yang merasa ruang geraknya terbatasi oleh gender dan tingkatan kelas. Pada kesempatan ini, semuanya berhak memberi dan mereka--yang diberi--tak mungkin menolak. Di sini takkan ada penolakan.
Semuanya ada di tangan kita.

***

Dan Saila masih saja berkutat dengan pikirannya sendiri. Kalau boleh ku berkhayal, seperti ada kabut-kabut kelabu yang menyelimutinya sejak tadi.
Aku yakin ia pasti sangat ingin memberikan bunga itu pada Yakta. Ia pasti sesungguhnya sangat ingin menemui lelaki itu. Tapi tentu saja kekesalan dan rasa lelahnya selama ini mengalahkan segalanya.

Bukan perkara mudah untuk terus mengalah pada sesuatu yang kita suka, namun menyiksa kita juga.
"Siapapun laki-laki yang lewat tepat di depanku, bakal aku kasih bunga!" Saila mengucap sumpah.

Sebelum sempat aku berhenti tersenyum karena melihat Yakta berjalan di ujung lorong, seorang lelaki lewat sambil setengah berlari seraya menyapa.

"Hai kalian!"

Namanya Gandhi. Ia sahabat Yakta. Kini ia sudah terpaut beberapa meter dari tempat kami berdiri.

"Dhi," sebut Saila, membuat lelaki itu lantas menengok dengan raut heran, kemudian memandang dengan ragu. Jelas ia tak merasa perlu mendapat bunga itu. “Ambil.. Aku udah sumpah tadi..” lirih Saila, menyembunyikan wajah masamnya.

“Tapi biasanya ini bukan buat aku,” kata lelaki berjaket kotak-kotak yang sibuk mengatur napasnya itu.

"Memang nggak biasanya," jawab Saila sekenanya. Tak ingin bicara lebih banyak lagi.

Seketika, kulihat kabut kelabu itu kembali bergumul, membuat pusaran yang dari relung terdalam. Sebuah napas panjang terdengar dipaksakan. 
  
Dalam sepersekian detik, Ghandi sudah mengambil bunga itu. Berlalu. Entah apa yang akan ia lakukan dengan bunga itu.


Oh, sejak tadi aku hanya berbicara pada pikiranku sendiri.

Oh, andai tadi kusisipkan nama Yakta saat bunga itu sampai di tangan Gandhi--saat aku mentelepati yang kutahu tentang benang kusut hubungan dua anak manusia itu.

Saila dan Yakta, kapan kalian "bersama"?

Kepada: ...


Bersambung...

Comments

  1. kalo gandhi peka, mungkin gadhi bakal ngasihin bunganya ke yakta. Cerbungnya keren, lanjutin cerbungnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap! Hehehe. Terima kasih sudah berkunjung. Monggo baca2 postingan lama jg. Nantikan episod selanjutnya yaaa

      Delete

Post a Comment

Popular Posts