[CERITA BERSAMBUNG] RAHASIA


Keping 1
Pertemuan Itu


 

...
What I feel, I shouldn't show you,
so when you're around I won't;
I know I've no right to feel it-
but it doesn't mean I don't   
(Just Friends by Lang Leav)
 
Karya

Kira-kira pukul tujuh malam saat aku mencucup iced chocolate-ku yang seketika hambar, tak seperti biasanya, selagi menunggu seorang laki-laki yang beberapa jam lalu tiba-tiba saja muncul di kepalaku.
Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi untuk membuat diriku rileks saat ini. Bagaimanapun, pertemuan ini akan menjadi pertemuan pertama kami sejak terpisah hampir dua tahun penuh. Aku hampir lupa bagaimana harus bersikap, saking sibuk menghentikan tangisanku sendiri. Mata sembab, wajah memerah, rambut yang berantakan—semuanya, sebenarnya—membuatku takut akan tampak terlalu menyedihkan di hadapannya. Lebih jauh lagi, bisa-bisa aku akan terasa menjengkelkan karena terlalu lesu dan murung. 

Ini bukan aku, atau memang topengku baru saja terjatuh?

Meski aku belum siap bertemu dengannya, entah mengapa, di luar kontrolku, aku terus-menerus melihat ke arah luar sembari berpikir sosoknya terselip di antara berbagai macam kendaraan yang sudah seperti barang pajangan di jalan raya. Kemacetan menambah panjang daftar hal buruk yang akan menjadi petaka di akhir zaman. Kemudian, ketika dalam beberapa menit ia tetap tak muncul, aku kembali meminum iced chocolate-ku, menghapus air mata, menunduk, mengecek handphone, lalu memandangi jalan raya lagi, begitu terus sampai ia benar-benar datang.

Suaranya masih terngiang di telingaku. Terdengar kikuk, tapi tetap ramah.

“Sekarang juga aku bakal beli tiket kereta kalau kamu memang bisa datang,” ujarku.

“Oke. Setengah jam sebelum sampai, SMS aku. Aku masih ngerjain sesuatu di kampus,” jawabnya tanpa pikir panjang. 

Apa aku telah mengganggunya? Entahlah. Kalau aku memang berdosa, setidaknya ini akan jadi dosa terakhirku.

Jantungku berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Ia tak berubah. Jaketnya, daypacknya, payung hitam legam yang terselip di kantung kecil sebelah kanan dan wadah minum alumunium untuk bekal kopi susu hangat yang ditaruh di kantung kecil di sebelah kiri. Wajahnya jelas terlihat serius meski jauh beberapa meter dariku. Langkah kakinya yang cepat dan lebar-lebar jelas mengindikasikan bahwa ia ingin cepat-cepat sampai. 

Semakin dekat dia, semakin berdebar diriku.

Meriang. Setakut itukah aku untuk mengakui ini semua? Atau, setidak siap itukah aku untuk bernostalgia? Jatuh cinta lagi memang tak akan pernah terasa biasa saja buatku. Dan entah akan sanggup atau tidak kuterima kejatuhanku itu—saat itu.

Dia dekat, semakin dekat. Aku harus apa? Memandanginya sampai tersenyum sampai ia mendapatiku? Menghabiskan minumanku demi menetralkan ritme napasku? Atau…

“Hai.”

Aku masih belum mendongak. 

Bersambung....



Bandung-Bengkulu, Juli 2016 
Dinar & RG

Comments

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.cc
    dewa-lotto.vip

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts