SURAT DARI MASA LAMPAU

Hari ini, tanggal 17 Oktober 2020 di sebuah coffeeshop tak jauh dari kosan, aku menemukan sehalaman surat dari diriku, untukku. Kalau kau sedang senggang, kita bisa membacanya bersama. 

Juli 2020

Hei, Met. Iya, sekarang kayaknya orang lebih mengingat lo sebagai Metaforancu. Memang deh, lo tuh sering rancu banget. Orang-orang pada nggak tahu aja seberantakan apa lo di balik tulisan-tulisan lirisis lo itu. Tapi nggak apa-apa, kok. Kan, lo juga manusia. Siapa lo, pengen stabil setiap saat?

Gue tahu sekarang adalah masa-masa yang berat. Kasian ya, lo lumayan banyak apes di berbagai aspek kehidupan. Tapi, lo tahu kan bahwa orang lain juga sering apes? Beda hal aja sama lo. Mungkin, mereka merana di hubungan percintaannya saat ini atau ketipu olshop sampai ratusan ribu. Hal-hal tersebut juga kalau menimpa lo, pasti bakalan bikin hati lo teriris-iris, Met. Jadi, inget terus hal ini: nggak mungkin untuk menjadi positif di setiap saat, tapi jangan dengan sengaja memupuk kenegatifan dengan menciptakan situasi yang dark selagi lo emang masih punya lampu atau setidaknya korek api untuk nyalain lilin. 

Lampu, korek api, dan lilin lo itu ya mereka-mereka yang selalu ada di sekitar lo. Mungkin nggak semuanya ada lahir-batin, tapi mereka dengan senang hati mengamini segala doa lo. Mereka juga meluangkan waktu mereka yang sempit untuk membalas sapaan lo. Mereka juga berusaha membantu lo dengan caranya sendiri-sendiri. Tolong diapresiasi ya, sebelum lo menyesal nanti. 

*

Oya, Met. Udah lama ya lo nggak begadang ngetik di laptop kayak sekarang? Asik kan, nostalgia kayak dulu. Buka laptop tengah malam, dengerin Payung Teduh, terus ngetik nggak berhenti-berhenti. Gue penasaran deh Met, kira-kira selamanya lo bakal terus nulis nggak ya? Semoga iya. Jangan pernah berhenti sebelum lo mati. 

Met, lo nggak lupa kan sama kesan-kesan pembaca lo? Mereka yang mungkin punya hubungan spesifik sama lo, sampai mereka yang bahkan baca nama lo pun baru sekali. Mereka semua berharga, tanpa terkecuali. Lo harus bersyukur atas kehadiran mereka semua. Apalagi mereka yang setia baca setiap karya lo, bahkan menghayatinya sampai waktu-waktu berikutnya. Gila ya lo, bahkan lo nggak butuh tampang untuk disayang sama mereka. Lo aja nggak pernah nyelipin wajah di antara paragraf-paragraf lo, Met. Mereka tahu-tahu bilang "love you Kaaak". Nggak semua orang bisa ada di posisi lo, Met. 

Bersyukur selalu ya, Met. Terima kasih udah bertahan.
Kau, yang membaca ini, semoga kau dalam keadaan baik-baik saja. Kalaupun tidak, semoga setidaknya bahumu semakin kuat. Hatimu semakin lapang dan kepalamu terisi memori-memori bahagia. Semoga segala benturan ini membentukmu menjadi versi yang lebih baik. Semoga kau masih bersemoga. Amin.

Comments

Popular Posts