SEMOGA CUKUP



Aku bukanlah seseorang yang mudah berlalu dari rasa bersalah.


Tidak ada ukuran pasti sebagai patokan aku akan merasa tertekan karenanya.
Tidak ada jenis tertentu sebagai masalah paling pelik yang dapat mengganggu kelangsungan pikiran dan perasaanku.
Akupun merasa segala hal masih dan akan terus baik-baik saja.
Tak ada Hukum Termodinamika III kali ini.

Salah satu hal yang bisa membuatku merasa amat bersalah adalah jika aku "menguasai" percakapan.
Seseorang bicara padaku, lalu bertanya, dan tentu aku menjawab.
Dan bahaya.
Bisa-bisa selanjutnya ia hanya akan terus mendengarkan.
Aku tidak tahu setinggi apa levelku sebagai pendongeng ulung sejak TK ini.

Aku yakin sebagian orang bisa merasa iri karenanya.
Sebagian lagi merasa tak menyangka.
Sebagian lagi kebingungan.
Sebagian lagianehnya masih denganku.


Ah, betapa aku merasa bersalah.

Tapi ada yang kuselipkan di sini. Di sisi manapun yang kalian hibahkan padaku.
Sebuah maaf yang kurangkai sebisanya, walau tak secantik kebersamaan kita.
Sebuah mug hangat yang kupegang erat di seluruh permukaannya sejak lama.
Sebuah harap yang bagai bulu-bulu dandelion.
Kalian tak perlu tahu seperti apa rupanya. Cukup percaya mereka ada.
Berterbangan menghampiri kalian satu per satu.
Mewakiliku.

Endapan rasa ini bagai sedimen. Tapi kali ini aku tak mau banyak tingkah. 


"Aku tak pernah melihat gunung menangis
 Biarpun matahari membakar tubuhnya
 Aku tak pernah melihat laut tertawa
 Biarpun kesejukkan bersama tariannya
 Tak perlu tertawa atau menangis
 Pada gunung dan laut
 Karena gunung dan laut
 Tak punya rasa"
                                          -Payung Teduh
                                           

Tapi apalah daya, aku masih kesulitan merubah diri.
Inilah aku adanya. Dengan kecemasanku sendiri.
Lagipula: Jika aku tidak mau menjadi diriku sendiri, lalu siapa yang mau? (Pirke Avoth)

Kalian tahu?
Hmm.. sepertinya belum tahu.
Atau mungkin tidak mau tahu, jadi tak akan pernah tahu.
Dalam sehari, aku bisa menghabiskan separuh pikiranku dengan plot cerita hidup kalian.
Aku menerka-nerka isi kepala kalian. Meraba-raba kerikil yang mungkin melukai sisi lain hati kalian.
Mengamati baik-baik tiap air muka kalian.
Ikut menghayati rasa yang membuat percikan khas

yang mungkin meletup-letup sebagai gempa kecil di pojokan hati
yang mungkin terkadang kalian lupakan sendiri.
Tapi aku ada. Tetap ada untuk mengingatnya kembali.
Sebab memang ada yang "lain" di sini.
Teramat besar buatku. 
Hingga mengalahkan ingatanku tentang dia.

Dia yang mungkin tidak akan pernah tahu:
Sekarang ada kalian yang tertawa memakiku (baca: bercanda)
Sekarang pundak ringkih kalian yang menjadi pemandangan.
Sekarang aku melihat kalian seperti itu. Selalu.

Dengan perasaan bersalah.

Dia yang mungkin tidak akan pernah tahu:
Akulah yang mencintai hujan di antara keheningan kami.
Akulah yang duduk di pojokan menerka lagu-lagu di playlistnya.
Akulah yang kecewa saat ia tak mau "naik" hanya karena celah duduk terakhir adalah di sebelahku.
Akulah satu-satunya yang begitu takjub dia menyebut nama lengkapku.
Akulah yang kehilangan punggungnya.
Begitu lama.


"Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata
Ketika kita berdua
Hanya aku yang bisa bertanya
Mungkinkah kau tahu jawabnya

Kucari kamu dalam setiap ruang
Seperti aku yang menunggu kabar dari angin malam
Aku cari kamu di setiap malam yang panjang
Aku cari kamu 
Kutemui kau tiada"
                                             -Payung Teduh

Begitu lamakah?


Sementara ini, cukuplah aku mengobati lukaku sendiri. Dan tak melukai kalian.

Semoga cukup.



Dalam labirin kenangan, 10/06/14

Sang Pengingat





Comments

  1. hahaha. ini apa Din?
    curhatan gitu? keren ya dibarengi sama lirik-lirik lagu gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha.. Ya, bisa dibilang gitu.
      Waw, tengs so much :D
      Abang sudah update apa lagi di blog?

      Delete
  2. Aku tidak ingin bersikap sok tahu pada tulisan seseorang, tetapi tulisanmu sungguh menjebakku sangat dalam :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pertama, terima kasih sudah berkunjung :)
      Kedua, kalau boleh tahu, sebelah manakah yang menjebakmu?
      Well, ya.. aku membebaskan orang-orang untuk menciptakan imajinasinya sendiri saat membaca setiap tulisanku ;)

      Delete
    2. Haha coba saja tebak :)


      P.S. Sebenarnya aku tidak memikirkan jawaban apapun

      Delete

Post a Comment

Popular Posts