KEPADA LELAKI YANG KUSEBUT "KAU"

Kepada lelaki yang kusebut "Kau"

Iya, Kau.

Ku harap tak 'kan pernah habis renjanamu itu ya, Bung. Meski kadang semuanya berakhir dengan kesan semenjana. Ingat, kita telah bersepakat untuk mem"biasa"kan banyak hal yang sesungguhnya kita harapkan menjadi tak "biasa" di kalbu kebanyakan orang. Kita juga berjanji untuk akan selalu saling mengingatkan bahwa semengejutkan apapun hidup, ketidaksengajaan yang kita sengajakan dalam alur buatan adalah hal yang tak selalu menyenangkan.

Kita saling menertawakan kala utas sesak oleh ketaksaan dan sawala kocak meluruhkan peluh. Kemudian, kau tarik pelantang telinga dari dalam tas mu karena penat, bagai mengamnesti tahanan dari terungkunya. Dan sisi kehidupanmu yang lain tervisualisasikan dari gerak bibirmu yang perlahan menuturkan syair. Meski kata-kata itu tak selalu kupahami. Pun tak jua berhasil aku terka. Adalah hakku untuk selalu menyesapnya sebagai sebuah ragam aroma hidup.

Iya, hidup.

Hidup yang...

Yang tak selalu hidup bagi sebagian orang. Yang tak selalu dihidupkan oleh sebagian lagi. Yang hanya menyisakan abu waktu . Yang akhirnya dianggap lenyap. Padahal menyatu dengan debu perkotaan. Dikira pergi, padahal hanya bersembunyi. Direlakan, padahal masih ada harap untuk dijemput dengan tangan terbuka.

Jadi, apa yang kita lakukan sekarang dan seterusnya? Menjemput lembar-lembar takdir dari Lauh Mahfuz dengan penuh kepasrahan?

Yang jelas, aku yakin. Kau, aku--kita--memang berjumpa di titik potong yang tak sama sekali tak kita rencanakan. Untuk kedua kalinya, bahkan tidak kita reka-reka.

Untuk ketiga

Keempat

Kelima

Ratus

Ribu 

Kali 

Yang sungguh mungkin tak terpikirkan untuk kau pesan.

"Don't ask me why, but time has passed us by" -Bee Gees

Sekolah sangat melelahkan, Bung. Aku tahu, sadar, yakin, dan resapi itu semua. Hingga kupikir, kongkow-kongkow dengan imaji--dalam toilet berventilasi kecil dan kucuran air kran yang tiada lelah menjumpa sesama jenisnya di bak, masih lebih diprioritaskan ketimbang memesan sebuah perjumpaan--denganku--kepada Tuhan.

Namun, nyatanya kita melewati n-detik kehidupan dengan rupa-rupa kejadian, dari yang sebesar zarrah hingga yang setajam penghinaan. Ajaibkah? Lucukah? Ceritakan padaku apa kesanmu terhadap tahun-tahun yang sudah kita lewati dengan segala jenis emosi.

Jadi, yah... ketika pada akhirnya suatu hari Kau bahkan tiba-tiba pergi, dengan atau tanpa alasan yang tersampaikan padaku. Dengan atau tanpa hasil print-out fiksi masterpiece (halah) ini. Ku rasa, aku mestinya bisa mulai belajar dari sekarang untuk lebih sering bertanya saja pada Tuhan:

Ya Tuhan, ceritakan padaku.
Kisah apa yang tengah tersuguhkan di panggung dramaku sendiri?



Sekarang, berhentilah berkata Kau pekak. Kalaupun iya, tenang sudah hatimu, Bung. Sebab SBMPTN tak ada listening test kan?

Coba samakan frekuensi kita. Aku ingin Kau mendengarkan derap tapak kaki anak-anak langit pertengahan tahun yang seakan ingin menjadi yang paling cepat menyentuh payung hitam besarmu.

Waktu itu. Waktu celotehmu adalah backsound tandingannya. Waktu A, B, C, D, E akhirnya menjadi lebih dari sekedar abjad.

Barangkali Kau lupa, 
yang begini biasa disebut nostalgia.


Ingin tertawa? Atau mengumpat?
Silakan. Ini harimu.


Jadi, selamat ya. Selamat. Selamat.



Salam,
Perempuan yang kusebut "Aku"




Catatan:
Postingan ini "Ardji Naufal Setiawan poenya".

Comments

  1. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
    Dalam kehidupan begitu banyak hal yang tidak terduga dan seringkali pada akhirnya hanya bisa kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga.
    ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah Mas Ron kayaknya pembaca pertama postingan ini ya? Baru banget dipost. Trims sudah mampir. Pengunjung barukah? Salam kenal..

      Delete
  2. Replies
    1. Kenapa mas/mbak?
      Btw trims udah mampir. Main2 lagi ke interleaved yaa :) salam kenal

      Delete
    2. 2 kata disitu ada kisah dramatis & misteri yg mendewasakan atau dipaksa dewasa is okay lam kenal kembali ,don't stop , good luck!

      Delete
  3. laki2 kusebut kau
    perempuan ku sebut aku
    dan mungkin klo banci ku sebut iyey... hahahahah
    tapi bagus banget, sangat menarik..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe. jadi pengen ikut ngetawain tulisan sendiri.
      Makasih sudah mampi, Mas. Jangan bosan main-main kemari ya.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts